Pasca Corona, Transfer Mahal Hanya Tinggal Kenangan – Biaya transfer pemain yang angkanya melebihi 100 juta euro diyakini hanya akan menjadi kenangan ketika pandemi virus corona ini berakhir dan sepak bola sudah kembali dilanjutkan nanti. Bursa transfer diyakini akan berubah drastis dan tidak akan sama seperti yang terjadi pada musim sebelumnya.
Saat ini bisa dikatakan hampir semua klub di Eropa tengah menghadapi ancaman krisis finansial, dikarenakan musim yang dihentikan sementara waktu. Tanpa pertandingan sepak bola maka sama dengan tanpa pendapatan, sementara post pengeluaran tetap berjalan. Neraca keuangan menjadi berat sebelah, bahkan untuk klub-klub besar sekalipun.
Ketika Liga kembali dilanjutkan dan bursa transfer dibuka, maka klub-klub terbaik pun diprediksi akan mengubah langkah mereka. Bursa transfer akan terlihat lebih sepi dan pembelian mahal seperti tahun-tahun sebelumnya tidak akan banyak lagi.
Perubahan itu memang terdengar cukup buruk, namun bila ditelaah lebih lanjut, maka sebenarnya ada sisi positif yang wajib dipertimbangkan
Tren Pasca Transfer Neymar
Pada beberapa tahun yang lalu, PSG dan tim asal La Liga Spanyol, Barcelona merusak ekosistem transfer dengan adanya kepindahan Neymar. Saat itu PSG rela memecahkan rekor dunia dengan mengeluarkan 222 juta euro untuk mendapatkan bintang asal Brasil tersebut.
Transfer mewah ini mengubah banyak hal, sepak bola nampak berbeda setelah itu. Harga pemain pun mulai melambung tinggi, diantaranya adalah Philippe Coutinho, Ousmane Dembele, Harry Maguire, Kepa Arrizabalaga, dan masih sederet pembelian mahal lainnya.
Kini, pandemi virus corona diduga bisa mengubah situasi masiv tersebut. Ahli ekonomi asal italia, Marco Bellinazzo, menyatakan bahwa inflasi harga pemain hanya akan menjadi kenangan saja.
Tren yang muncul akibat transfer Neymar ke PSG bakal menghilang. Inflasi pembelian pemain seperti transfer Neymar ke PSG tersebut hanya akan jadi kenangan. Akan sulit untuk melihat negosiasi sebesar itu lagi pasca pandemi.
Sepi Pembeli, Sulit Menjual
Yang perlu diketahui adalah krisis finansial ini bakal memaksa sejumlah klub menjual para pemain mereka. Namun, karena klub pembeli juga menghadapi masalah finansial yang sama, maka penjualan bisa jadi agak macet dan berdampak semakin buruk.
Nilai transfer para pemain diperkirakan akan merosot sebanyak 30 persen. Hal ini disebabkan karena hampir semua klub ingin memperbaiki keuangan mereka, sehingga menjadi sulit untuk membeli pemain.
Krisis ini akan menjadi masalah lain untuk klub besar seperti Juventus, dimana mereka telah menghabiskan banyak uang dalam beberapa tahun terakhir dan yang biasanya kerap memperbaiki masalah keuangan mereka dengan penjualan sejumlah pemain.
Alhasil, bursa transfer mendatang akan lebih banyak dimeriahkan dengan pertukaran atau peminjaman pemain, bukan lagi pembelian dengan harga yang tinggi.